Gagasan.

Diplomasi Parlemen Indonesia di Asia Pacific Parliamentary Forum

POSTED : 26 January 2016 | CATEGORY : Berita | TAGS:

 

Delegasi Indonesia bersama Dubes RI untuk Kanada dalam sidang APPF. Dari kiri ke kanan: Andika Pandu, Dwie Aroem, Dubes RI untuk Kanada, Fadli Zon, Nurhayati Ali Assegaf, Irine Yusiana, dan Hanafi Rais.

Delegasi Indonesia bersama Dubes RI untuk Kanada dalam sidang APPF. Dari kiri ke kanan: Andika Pandu, Dwie Aroem, Dubes RI untuk Kanada, Fadli Zon, Nurhayati Ali Assegaf, Irine Yusiana, dan Hanafi Rais.

Delegasi parlemen Indonesia berupaya mengangkat kepentingan dan aspirasi nasional untuk disahkan menjadi resolusi forum parlemen negara-negara Asia Pasifik, dari 17 hingga 21 Januari 2016 di Vancouver, Kanada. Sejumlah isu strategis tersebut antara lain illegal fishing di perairan Indonesia, pekerja migran, dan terorisme.

Para wakil rakyat di bawah koordinasi Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI itu harus berhadapan dengan anggota parlemen negara lain yang juga memajukan kepentingkan nasionalnya masing-masing.

Salah satu delegasi Indonesia adalah Irine Yusiana Roba Putri, anggota Komisi I DPR RI dari Maluku Utara. Menurutnya, untuk isu illegal fishing, Indonesia meminta forum membuat resolusi untuk menindak dan mencegah kejahatan lintas negara ini.

“Malaysia dan Kamboja menolak memasukkan isu ini ke dalam resolusi. Namun, Indonesia akhirnya berhasil meyakinkan delegasi negara-negara lain untuk terus memproses hal ini menjadi resolusi bersama,” kata Irine Yusiana.

delegasi

Untuk isu pekerja migran, Indonesia memiliki perbedaan pendapat dengan Singapura mengenai regulasi pekerja lintas negara itu. Sebagai negara dengan wilayah dan potensi pasar yang besar, Indonesia ingin regulasi itu dibuat secara ketat supaya pekerja luar negeri tidak begitu saja meminggirkan pekerja domestik. Hingga saat ini, proses pembuatan draf ini masih berlangsung.

Sementara itu, Indonesia berhasil meyakinkan delegasi negara-negara lain bahwa terorisme tidak ada hubungannya dengan ajaran Islam. Pemahaman ini akhirnya disetujui untuk dijadikan sebagai kesepakatan forum.

Hal lain yang dibahas adalah penyelesaian diplomatis untuk sengketa di Laut Cina Selatan. Indonesia ingin semua negara yang terlibat menahan diri dan tidak melakukan upaya yang bisa memperuncing konflik. Dalam hal ini, delegasi Indonesia berdebat cukup panjang dengan delegasi Cina, yang bersikeras melanjutkan reklamasi sejumlah pulau yang mereka klaim sebagai wilayah mereka.

Delegasi Indonesia yang bertugas untuk berdebat dalam pembuatan draf ini adalah Hanafi Rasi (PAN), Irine Yusiana Roba Putri (PDI-Perjuangan), Teguh Yuwarno (PAN), Dwi Aroem (Golkar), dan Andika Pandu (Gerindra).

Pertemuan tahunan anggota parlemen se-Asia Pasifik yang ke-24 ini diikuti oleh 27 negara, termasuk negara-negara Amerika Latin, Tiongkok, AS, dan Rusia. Pertama kali dibentuk pada 1993 di Tokyo, APPF bertujuan mengembangkan kerjasama berbagai bidang di antara parlemen di kawasan Asia Pasifik.

Siaran pers ini muncul di Berita Satu dan Tribunnews.