Belajar dari Perpustakaan Kongres AS
POSTED : 04 August 2015 | CATEGORY : Gagasan | TAGS: kunjungan kerja, Perpustakaan Kongres

Pintu masuk Perpustakaan Kongres. (foto: Mukti R. Setianto.)
Dalam kunjungan kerja ke Washington, D.C. di awal Agustus ini, salah satu hal terpenting yang saya pelajari adalah daya dukung Perpustakaan Kongres AS bagi kerja anggota Kongres. Di perpustakaan terbesar di dunia itu, terdapat unit riset dengan staf yang siap mencarikan data dan analisis bagi anggota Kongres yang meminta.
Layanan itu disebut Congressional Research Service. Saat seorang anggota ingin mendalami digitalisasi penyiaran, misalnya, ia bisa meminta staf CRS untuk menuliskan seluk-beluk proses itu, dari hulu ke hilir, semua pemangku kepentingan yang terlibat, termasuk pengalaman negara-negara lain.
Tulisan itu nanti akan memberikan pengetahuan yang cukup komprehensif, pilihan kebijakan dan konsekuensinya, lengkap dengan kelebihan dan kekurangannya. Namun, staf dari kalangan profesional itu tidak akan memberikan rekomendasi kebijakan atau preferensi. Ia hanya bertugas memberikan gambaran secara lengkap dan netral, dengan kepentingan publik luas sebagai tujuan utamanya.

Ditemani Dubes RI untuk AS Budi Bowo Leksono, saya belajar hal-hal teknis yang menarik dari staf perpustakaan. (foto: Mukti R. Setianto.)
Berdasarkan percakapan saya dengan pengelola perpusatakaan, materi dari staf riset harus menjawab tiga pertanyaan utama: What do I need to know to understand the issue? Why it is important? Why it is important now?
Dalam proses ini, harus ada pertemuan tatap muka antara anggota Kongres dan staf yang bertugas untuk isu itu. Karena staf berasal dari kalangan profesional (ilmuwan dan praktisi), setiap staf khusus mengerjakan topik yang spesifik.
Selain itu, ada aturan bahwa staf riset hanya boleh mengirimkan materi itu kepada anggota Kongres yang meminta. Staf juga tidak boleh memberitahu orang lain terkait materi apa yang diminta oleh anggota Kongres. Kerahasiaan dijunjung tinggi di sini.
Saya membayangkan, anggota DPR RI pasti akan mendapatkan banyak manfaat jika DPR memiliki sistem pendukung seperti ini, tentu tidak harus sebesar dan secanggih Perpustakaan Kongres. Staf riset yang profesional dan digaji oleh negara akan cukup menjamin bahwa data yang didapat anggota DPR tentang suatu isu bersifat komprehensif dan berorientasi kepentingan masyarakat luas.