Gagasan.

RRI yang Keren seperti NPR atau BBC? Kenapa Tidak?

POSTED : 07 October 2015 | CATEGORY : Gagasan

Dalam rapat dengar pendapat Komisi I DPR dengan RRI dan TVRI pada Selasa 6 Oktober, Dirut RRI Rosarita Niken Widiastuti mengatakan bahwa salah satu yang ingin dicapai RRI adalah menjadi radio publik dengan jurnalisme berkualitas di era konvergensi media.

Unsur pertama, menuju radio publik, mensyaratkan bahwa RRI harus sepenuhnya meninggalkan pola berpikir sebagai radio pemerintah, seperti saat berada di bawah Departemen Penerangan Orde Baru. RRI harus sepenuhnya berorientasi pada kepentingan publik, bukan pemerintah, DPR, atau aparat negara. Dari sejumlah program RRI yang saya dengarkan dan berita yang saya baca di situsnya, RRI sudah banyak berubah dari RRI pra reformasi. 

Sejumlah berita dan dialog RRI yang saya ikuti sudah berimbang, konstruktif bagi bangsa, dan mencakup banyak sudut wilayah Indonesia. Dengan 90 stasiun dan sumber daya yang luas, RRI telah menghasilkan layanan yang patut diacungi jempol. Meski masih memiliki sejumlah kekurangan dalam hal orientasi melayani kepentingan publik, bukan pemerintah, secara umum RRI adalah radio publik yang berkualitas dan dibutuhkan warga.

Sementara itu, untuk aspek jurnalisme berkualitas yang konvergen, ini adalah sebuah proses yang kompleks dan panjang. Ini karena RRI harus juga bisa menampilkan layanan multimedia di media daring. Kita ambil contoh laman  web radio publik di negara maju, seperti misalnya www.npr.org. Laman National Public Radio atau radio publik di Amerika Serikat ini sudah mampu menampilkan layanan konvergensi yang sangat keren.

Bila ada dialog yang disiarkan di udara, misalnya, laman NPR akan merangkum dialog dengan narsum dan pendengar itu menjadi sebuah berita dengan teks dan foto. Kemudian, di bagian bawahnya akan ada lampiran transkrip lengkap dialog itu. Selanjutnya, di bawah transkrip, mereka juga menambahkan file audio dialog itu sehingga warga juga bisa mendengarkan. Tidak ada media daring swasta di AS yang bisa melakukan itu.

Selain itu, tampilan laman web NPR juga sudah benar-benar bersifat media daring, yakni dengan (banyak) foto resolusi tinggi, teks singkat dan padat, serta aspek visual yang menarik. Ini karena media daring adalah media yang sangat visual, berbeda dari media cetak atau radio.

Untuk konteks Indonesia, www.rri.co.id bisa muncul sebagai salah satu rujukan utama dalam media daring. Di tengah kualitas jurnalisme daring Indonesia yang banyak dikritik karena liputannya kurang serius dan sekadar mengejar kecepatan, RRI bisa menjadi oase bagi khalayak internet. Ini karena sumberdaya RRI yang sangat banyak, dengan materi yang sangat luas, dan kualitas jurnalisme yang sudah relatif memadai.

Ambil contoh program Indonesia Menyapa, sebuah program andalan Pro 3 yang siaran setiap pagi. Ini program dialog yang sangat menarik karena membahas topik aktual dengan narasumber yang kompeten. Bila setiap edisi program ini bisa dirangkum menjadi sebuah berita untuk laman RRI, yang disertai transkrip, RRI telah menciptakan sebuah laman rujukan untuk informasi dan pengetahuan di internet yang belum dilakukan media lain di Indonesia. Tidak ada media daring lain di Indonesia yang memiliki sumberdaya sebanyak RRI untuk meliput Indonesia.

Bila media daring swasta nasional cenderung Jakarta-sentris, RRI bisa menampilkan informasi pendek atau panjang tentang Jakarta dan daerah-daerah, termasuk yang paling pelosok sekalipun. Misalnya, harga cabe hingga semen di berbagai daerah, atau perkembangan proses pilkada di berbagai daerah, yang belum banyak diberitakan. Kemungkinan yang dimiliki RRI bisa dikatakan tidak terbatas, yang sejatinya merupakan keunggulan radio publik, karena punya jaringan di seantero negeri.

Bila BBC di Inggris telah membuat berbagai media lain di negaranya iri karena keluasan programnya, RRI sangat bisa menapaki jalan itu dengan memaksimalkan potensinya. Salah satu cara strategis yang bisa dilakukan adalah mengelola laman web RRI sebagai media daring sejati, untuk khalayak internet Indonesia.

Di sini, RRI perlu meninggalkan pola pikir bahwa apa yang tampil di udara harus tampil di laman web dan sebaliknya. Ini tidak bisa dilakukan karena sifat kedua media itu berbeda, dan pola konsumsi khalayak kedua media itu juga berbeda. Sebelum tampil di laman web, materi yang disiarkan di udara harus dipilih dan ditulis ulang, sehingga sesuai dengan sifat dan ekosistem media daring. 

Pemikiran di atas sudah saya sampaikan dalam rapat dengar pendapat itu. Saya senang bahwa, di akhir acara, Ibu Niken berjanji bahwa usul saya itu akan ditindaklanjuti, paling tidak diawali dengan pembuatan transkrip program dialog. Saya sungguh berharap, laman web RRI bisa menjadi salah satu media daring terhebat di Indonesia, yang dirujuk oleh segenap lapisan warga negara, seperti yang dilakukan NPR dan BBC di negaranya masing-masing.